Total Tayangan Halaman

Jumat, 25 November 2011

Doa Akhir Tahun
Bacalah doa ini tiga kali saat menjelang akhir tahun baru Islam, bisa dilakukan sesudah ashar atau sebelum maghrib pada tanggal 29 atau 30 Dzulhijah. Dengan doa ini kita memohon ketika kita akan mengakhiri perjalanan tahun yang akan ditinggalkan ini akan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. atas perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh-Nya, dan apabila dalam tahun yang akan ditinggalkannya itu ada perbuatan-perbuatan yang diridhai oleh Allah Swt yang kita kerjakan, maka mohonlah agar amal shaleh tersebut diterima oleh Allah Swt.
Doa Akhir Tahun
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu 'ala sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma maa 'amiltu fi haadzihis-sanati mimmaa nahaitani 'anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta 'alayya ba'da qudratika 'alaa uquubati wa da'autani ilattaubati minhu ba'da jur'ati alaa ma'siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii wa maa 'amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa'adtani 'alaihits-tsawaaba fas'alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni wa laa taqtha' rajaai minka yaa karim, wa sallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa 'alaa 'aalihii wa sahbihii wa sallam
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW,beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu.
Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah.
Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, Nabi yang Ummi dan ke atas keluarga dan sahabatnya.

Jumat, 11 November 2011

Post title

Nikmat Dunia Merupakan Ujian Yang Lebih Berat Dibanding Kesengsaraan Hidup
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala di banyak ayat Al-Qur’an telah menegaskan, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di sekian haditsnya, bahwa nikmat dan kesenangan duniawi merupakan ujian bagi hamba sebagaimana kesengsaraan hidup juga dijadikan cobaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:  “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya’: 35)
 
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata menafsirkan ayat ini: “(Kami uji kalian) dengan kesusahan dan kesenangan, dengan sehat dan sakit, dengan kekayaan dan kefakiran, serta dengan yang halal dan yang haram. Semuanya adalah ujian.”
 
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:   “Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: ‘Rabbku telah memuliakanku.’ Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: ‘Rabbku menghinakanku.’ Sekali-kali tidak (demikian).” (Al-Fajr: 15-17)
 
Perhatikanlah ayat-ayat ini, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-Nya dengan memberikan kemuliaan, nikmat, dan keluasan rezeki, sebagaimana pula Allah Subhanahu wa Ta’ala mengujinya dengan menyempitkan rezeki. Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingkari orang yang menyangka bahwa diluaskannya rezeki seorang hamba merupakan bukti pemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya dan bahwa disempitkannya rezeki adalah bentuk dihinakannya hamba.
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingkari dengan mengatakan “Sekali-kali tidak”, yakni bahwa perkara yang sebenarnya tidak seperti yang diucapkan oleh (sebagian) orang. Bahkan Aku (Allah Subhanahu wa Ta’ala) terkadang menguji dengan nikmat-Ku, sebagaimana terkadang Aku memberi nikmat dengan cobaan-Ku.
 
Di sana juga masih banyak ayat yang semakna dengan yang telah disebutkan. Misalnya:
 
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (Al-An’am: 165)
 
Juga firman-Nya:
 
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalannya.” (Al-Kahfi: 7) [lihat ‘Uddatush Shabirin, karya Ibnul Qayyim rahimahullahu hal. 247-248, cet. Darul Yaqin]
 
Nikmat Harta dan Anak Merupakan Ujian Yang Berat
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’ Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 14-15)
 
Kebahagiaan dunia berupa harta dan anak tidaklah sempurna jika tidak dibarengi iman dan amal shalih yang akan menunjang kehidupan dan kebahagiaan dunia serta akhiratnya. Oleh karenanya, bagi seorang mukmin, kehidupan akhirat jauh lebih penting dan lebih utama daripada kehidupan dunia. Sehingga kesenangan yang dia rasakan di dunia tidak akan menjadi penyebab kelalaiannya untuk mengejar kehidupan yang lebih kekal dan kebahagiaan yang bersifat abadi di akhirat.
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi: 46)
 
Asy-Syinqithi rahimahullahu menerangkan: “Yang dimaksud ayat yang mulia ini adalah peringatan kepada manusia agar senantiasa beramal shalih, agar mereka tidak tersibukkan dengan perhiasan kehidupan dunia berupa harta dan anak-anak, dari sesuatu yang memberi manfaat kepada mereka di akhirat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa amalan-amalan yang shalih.” (Adhwa`ul Bayan, 4/80, cetakan Darul Hadits, Kairo)
 
Sehingga pada hakikatnya, di balik kesenangan dan kebahagiaan mendapatkan harta dan anak, keduanya merupakan ujian yang apabila seorang hamba tidak memanfaatkannya dengan baik maka dapat menyebabkan kebinasaan dan kehancuran kehidupan dunia serta akhiratnya.
 
Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas telah menentukan bahwa fitnah (ujian berupa) harta merupakan ujian yang paling berat yang dihadapi oleh umat manusia saat ini, seperti dalam sabdanya :
 
“Sesungguhnya bagi tiap umat ada fitnah (ujian yang menyesatkan), dan fitnah (ujian) umatku adalah harta.” (HR. At-Tirmidzi no. 2336, dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahihul Jami’ no. 2148).
 
Sisi Nikmat dari Suatu Musibah
 
Sufyan rahimahullahu mengatakan: “Bukan termasuk yang mendalam ilmunya bila seseorang tidak menganggap bala (musibah) sebagai nikmat dan kenikmatan sebagai cobaan.” (lihat ‘Uddatush Shabirin hal. 211)
 
Musibah dianggap sebagai nikmat karena musibah yang menimpa seorang mukmin adakalanya sebagai penghapus dosa yang dilakukannya, atau untuk meninggikan derajatnya, atau sebagai cambuk peringatan agar dia kembali ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. 
 
Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana beliau bersabda:  “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya”.   (HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
 
“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).
 
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).
 
Untuk mendapatkan nikmat penghapusan dosa sebagai hikmah suatu musibah,  manusia disyaratkan untuk bersabar dalam menghadapi ujian musibah tersebut, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda.   “Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”.  (HR. Ibnu Majah no.1597, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Shohih Ibnu Majah : I/266).
 
Senang, bahagia, suka cita, sedih, kecewa dan duka cita adalah sesuatu yang biasa dialami manusia. Ketika mendapatkan sesuatu yang menggembirakan dari kesenangan-kesenangan duniawi maka dia akan senang dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka dia merasa sedih dan kecewa bahkan kadang-kadang sampai putus asa.
Akan tetapi sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkaranya adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu)

Kamis, 10 November 2011

00 - Surah Yasin.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - 00 - Surah Yasin.mp3

00 - Surah Yasin.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/-fTLngYI/00_-_Surah_Yasin.html" target="_blank">00 - Surah Yasin.mp3</a>

Rabu, 09 November 2011


Ketika Allah menjawab doamu dgn berkata : TIDAK !
 
Bismillaahirrahmaanirrahii itum
 
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
===========================
Aku berdoa: 'Ya Allah ambillah kesombongan dalam diriku..!'
 
Allah menjawab, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya."
 
Aku berdoa: 'Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat..!'
 
Allah menjawab, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."
 
Aku berdoa: 'Ya Allah beri aku kesabaran..!'
 
Allah menjawab, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahanmu dalam menghadapi cobaanKU. ketabahan tidak AKU berikan, kau harus meraihnya sendiri."
 
Aku berdoa: 'Ya Allah beri aku kebahagiaan..!'
 
Allah menjawab, "Tidak. Kuberi engkau keberkahan dengan harta, anak, dan ternak ladang. Kebahagiaanmu tergantung kepadamu sendiri bagaimana untuk menghargai keberkahan itu. engkau akan mensyukuri semua itu atau tidak.."
 
Aku berdoa: 'Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan..!'
 
Allah menjawab, "Tidak. Penderitaan dan kesusahan akan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu kepadaKu."
 
Aku berdoa: 'Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat..!'
 
Allah menjawab, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau bisa menikmati segala hal dari nikmatKU.."
 
Aku berdoa: 'Ya Allah berilah aku jodoh yang terbaik dan sempurna..!'
 
Allah menjawab, " Tidak. Aku tidak akan memberimu jodoh yg sempurna karena engkau sendiri tidak sempurna. Kesempurnaan hanya milikKU..".
 
Aku berdoa: 'Ya Allah berikan aku istri yg sholehah, baik hati dan rupawan..!'
 
Allah menjawab, "Tidak. Jodohmu berbanding lurus dengan kualitas dirimu. Bagaimana AKU memberimu jodoh yg sholehah sedangkan engkau sendiri gemar bermaksiat..".
 
Aku berdoa: 'Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku..!'
 
Allah menjawab,  "Akhirnya engkau mengerti hambaKu..!"
 
==0000==*****==000==****==
Penjelasan dari analogi diatas adalah:
 
Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali -- sedangkan orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya-tanpa susah payah.
Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.
 
Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es.
 
Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit demam kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu. Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya. Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam" itu... dan terus berdoa.
Barakallahufikum..
Wassalam